Medan (ANTARA) - Juri berlisensi internasional Pranarta Subandriyo Arumbowo menegaskan penilaian untuk cabang olahraga akuatik disiplin loncat indah pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara 2024 dilakukan secara objektif berdasarkan aturan resmi yang ditetapkan Akuatik Dunia atau World Aquatics.
“Kami sangat mengacu pada regulasi yang diterapkan oleh Akuatik Dunia yang menetapkan kriteria penilaian sangat detail untuk setiap aspek loncatan,” ujar Pranarta kepada ANTARA di Medan, Jumat.
Berdasarkan aturan organisasi dunia yang dulu dikenal Federation Internationale de Natation (FINA), penilaian loncat indah, kata Pranarta, mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti kesempurnaan take-off, posisi tubuh di udara, serta ketepatan saat memasuki air.
"Setiap kategori memiliki skor yang terukur, sehingga tidak ada ruang untuk subjektivitas dari juri," ujarnya.
Dalam sistem penilaian Akuatik Dunia, juri memberikan nilai berdasarkan skala tertentu untuk setiap loncatan, dengan nilai berkisar antara 0 hingga 10.
Misalnya, nilai 8,5 hingga 9,5 diberikan untuk loncatan yang sangat bagus, sesuai dengan kategori "very good" dalam aturan Akuatik Dunia.
Pranarta bukan sosok asing di dunia internasional. Ia adalah juri Indonesia berlisensi A yang sebelumnya bertugas di Olimpiade Tokyo 2020 dan Paris 2024.
Untuk memastikan kualitas penilaian di PON 2024, Pranarta juga mendatangkan empat juri internasional, dua di antaranya adalah juri Olimpiade Paris 2024.
"Mereka memiliki pengalaman dalam menilai kompetisi di level tertinggi dan ini menjadi bagian dari transfer pengetahuan kepada juri lokal," ujarnya.
Hal ini, menurut Pranarta, juga membantu meningkatkan standar juri lokal agar siap berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional.
Selain itu, semua juri yang terlibat dalam kompetisi PON 2024 diwajibkan memiliki lisensi dari World Aquatic, yang menjadi syarat utama untuk dapat menilai di ajang nasional seperti PON 2024.
"Tidak hanya memiliki lisensi, kami juga memantau performa mereka selama pertandingan untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil mengikuti aturan dan standar yang berlaku," ujar Pranarta.
Dia menegaskan tidak ada ruang untuk penilaian subjektif dalam olahraga loncat indah.
"Penilaian kami sangat objektif, semua berdasarkan regulasi yang ketat. Bahkan jika ada loncatan yang terlihat bagus di mata penonton, juri tidak bisa sembarang memberikan nilai tinggi tanpa mengikuti patokan yang ada,” jelasnya.
Pada PON 2024 dan kompetisi lainnya, dia mengatakan pentingnya menjaga integritas dan kredibilitas. Dengan regulasi ketat yang diadopsi dari standar internasional dan keterlibatan juri berpengalaman, Pranarta berharap persepsi masyarakat tentang loncat indah sebagai olahraga yang subjektif dapat berubah.
“Kami ingin menunjukkan bahwa loncat indah adalah olahraga yang fair, di mana penilaian dilakukan berdasarkan aturan yang jelas dan terukur,” tutupnya.
Persaingan loncat indah pada PON 2024 telah berakhir pada Kamis (12/9) dengan Jawa Timur sebagai provinsi dengan koleksi medali terbanyak.
Selama lima hari perlombaan, 9-12 September, Jawa Timur mengemas enam medali emas, tiga perak, dan dua perunggu. Lima keping emas di antaranya disumbangkan Gladies Lariesa Garina Hagakore yang menjadi bintang pada PON 2024.
Gladies meraih emas pada nomor sinkronisasi menara putri bersama Della Dinarsari Harimurti dan sinkronisasi papan 3 meter putri bersama Linar Betiliana. Selain itu, atlet 18 tahun itu juga menjadi yang terbaik masing-masing di nomor papan 1 meter dan 3 meter, serta menara putri.
Adapun satu medali emas Jawa Timur disumbangkan Aldinsyah Putra Rafi yang turun di nomor papan 3 meter putra.
Di posisi kedua klasemen akhir perolehan medali ada DKI Jakarta yang meraih empat emas, tiga perak, dan dua perunggu. Lalu ada Sumatera Selatan dengan tiga perak dan tiga perunggu.