Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Andy Jap mengatakan pihaknya masih terus mengintensifkan penyebaran vaksin rabies kepada masyarakat khususnya untuk daerah endemik.
"Sampai saat ini kita terus melakukan langkah pencegahan untuk mengantisipasi masyarakat yang meninggal akibat rabies. Salah satunya dengan terus melakukan pemantauan dan menyebarkan vaksin rabies kepada masyarakat," kata Andy Jap di Pontianak, Sabtu.
Dia mengatakan, beberapa waktu lalu, pihaknya mendapatkan informasi bahwa di Kapuas Hulu ada anak yang digigit anjing dan meninggal. Demikian dengan anjing yang menggigit anak tersebut juga mati setelah beberapa lama kejadian tersebut.
"Dari kronologis kejadian tersebut sampai waktu inkubasi penyebaran virus bisa diprediksi bahwa hal itu adalah akibat rabies. Untuk memastikan hal itu, kita telah melakukan pengambilan sampel otak dari anjing tersebut untuk mengetahui apakah anjing tersebut benar terkena rabies atau disebabkan oleh penyakit lain," tuturnya.
Andy menjelaskan, dari informasi yang di dapat pihaknya, daerah tersebut memang saat ini banyak anjing liar yang berkeliaran di tengah masyarakat. Untuk itu pihaknya telah menginstruksikan kepada dinas kesehatan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu untuk bisa berkoordinasi dengan puskesmas setempat serta tokoh masyarakat guna mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya pemberian vaksin bagi anjing.
Dia menambahkan, untuk daerah lainnya seperti Melawi dan Ketapang yang beberapa waktu lalu sempat KLB, saat ini memang sudah terjadi penurunan kasus rabies. Namun untuk kasus gigitan anjing memang masih ada.
"Makanya kita tetap melakukan vaksinasi disana. Untuk menghindari penjangkitan rabies dari anjing yang ada disana," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat, Abdul Manaf mengungkapkan, salah satu penyebab meluasnya penyakit rabies di Kalbar dikarenakan kerusakan vaksin rabies.
Menurutnya, kasus rabies di Kalbar kembali mencuat dimana salah satu penyebabnya adalah kerusakan vaksin sebesar 29 persen yang disalurkan kepada masyarakat, karena Kalbar tidak memiliki penyimpanan yang baik.
Saat disalurkan kepada masyarakat, vaksin yang ada disimpan oleh petugas kesehatan hewan di lapangan, khususnya di daerah pedalaman, tidak mendapatkan perlakuan yang baik.
"Seperti yang kita ketahui, kondisi listrik di daerah pedalaman tidak semuanya teraliri listrik dan ada daerah yang mendapatkan listrik namun hidup pada malam hari. Nah, vaksin ini memang disimpan di kulkas, namun karena listriknya tidak stabil, menyebabkan penyimpanan vaksin tidak baik dan mengalami kerusakan," tuturnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia mengatakan pihaknya akan melakukan berbagai upaya lainnya salah satunya dengan melibatkan pemerintah pusat dan pihak terkait lainnya untuk melakukan upaya pencegahan bersama.
(KR-RDO/T011)
Dinkes Kalbar Intensifkan Penyebaran Vaksin Rabies
Sabtu, 13 Juni 2015 21:16 WIB