Sanggau (Antara Kalbar) - Zaidah, warga Dusun Sungai Putat, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, kesehariannya menggantungkan hidup sebagai pembuat caping (tanggui) atau penutup kepala.
Ia juga mengambil upah berjualan ikan keliling, mengaku tak tahu menahu adanya peringatan HUT Kartini.
"Mane gak tau, kite tok hanya ngayam tanggui lalu di jual. Kalau ade yang nyuroh jual ikan, saja ndak tau hari Kartini nya ape (Mana juga tahu, kita ini hanya mengayam caping lalu dijual. Kalau ada yang menyuruh jual ikan keliling, jualan. Sama sekali tak tahu hari Kartini itu apa)," ungkap Zaidah dengan bahasa daerah Tayan Hilir.
Ungkapan Zaidah ini masuk akal, sebab wanita berusia 65 tahun ini, mengaku harus berjuang untuk hidup tiap harinya. Beda dengan ibu-ibu yang ada di kota-kota besar, jika peringatan HUT Kartini tiap tahunnya dengan cantik mengenakan kebaya.
Namun tidak bagi Zaidah yang seumur hidupnya tidak pernah mengenakan kebaya. Malahan di usianya yang senja, Zaidah harus menghidupi anak gadisnya yang menderita gangguan jiwa di rumahnya yang reot.
Menurut Zaidah, suaminya telah lama meninggal dunia. Sementara dari hasil perkawinannya itu, mereka dikaruniai seorang anak, yang setelah dewasa akhirnya menderita gangguan jiwa.
Meskipun demikian, ia tidak ingin larut dengan kesendirian dan tetap berjuang mencari sesuap nasi.
"Saya tinggal bersama anak saja. Ia sudah beberapa tahun ini, hanya bisa di kandang saja, takut mengamuk karena gangguan jiwa," ujarnya.
Zaidah satu diantara kisah para Kartini yang ada di wilayah Kabupaten Sanggau, yang harus berjuang mengarungi hidup.
Wanita tua tersebut tak pantang menyerah untuk menjajakan caping atau tanggui serta menjual ikan hanya untuk mendapatkan upah orang.
Setiap harinya, Zaidah berjalan kaki melintasi dari kampung satu ke kampung lainnya sambil membawa jualannya. Rute yang dilewatipun cukup jauh untuk seusianya.
Jika berjualan caping atau tanggui, ia hanya mengantongi Rp15 ribu per buah. Itupun harus melalui pembuatan dulu, untuk satu caping atau tanggui hanya mampu dielesaikan dua buah. Itupun harus dikerjakan secara full, belum lagi mengambil bahan bakunya ke hutan.
Caping atau tanggui ini dibuat dari bahan tanaman atau daun ledang yang hanya ada di hutan tropis. Kemudian dijemur dan dianyam barulah menjadi sebuah caping atau tanggui.
Zaidah, Perjuangan Wanita Tua Penjual Caping
Jumat, 22 April 2016 1:56 WIB