Pontianak (Antara Kalbar) - Kongres Dayak Internasional I akan menjadi peta jalan sekaligus konsep dalam meningkatkan peran masyarakat Dayak dalam berbagai aspek pembangunan di Indonesia dan dunia, kata Sekretaris Kongres Dayak Internasional I, Gusti Hardiansyah.
"Kita ingin membuat konsep bagaimana peran masyarakat Dayak dalam pembangunan Indonesia, menjaga kelestarian lingkungan, kemudian peran masyarakat Dayak dalam aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi di Indonesia bahkan di dunia, karena masyarakat Dayak tidak hanya ada di Indonesia," kata Gusti di Pontianak, Senin.
Dia mengatakan, dalam KDI I itu, pihaknya akan mengajak masyarakat Dayak dan dunia untuk tidak melupakan sejarah. "Kita harus bisa mendefinisikan siapa yang bisa dikatakan sebagai suku Dayak dan kita harus bisa melihat bagaimana sejarah Dayak bermigrasi," tuturnya.
Gusti Hardiansyah yang juga Dekan Fakultas Kehutanan Untan Pontianak itu memaparkan, jika dilihat dari asal usul, suku Dayak berasal dari Yunan Selatan yang merupakan hasil perkawinan dari Ras Mongoloid dan Eropa Timur.
Karena adanya gelombang migrasi pertama yang dikenal sebagai Proto Melayu, sebagain besar masyarakat saat itu bermigrasi ke arah Filipina, Taiwan, Madagaskar, sampai ke Kalimantan.
Kemudian ada juga migrasi kedua yang dikenal dengan Deutro Melayu, dimana masih dari Yunan, masyarakat bermigrasi masuk ke Indonesia, termasuk ke Aceh, Riau dan beberapa daerah lainnya dimana saat itu sudah terjadi akulturasi agama.
"Jadi, kita ini sebenarnya berasal dari satu ras yang sama, hanya saja karena lokasi yang berbeda, maka tercipta lah suku-suku yang berbeda juga, termasuk suku Dayak ini," katanya.
Yang harus diperhatikan, lanjutnya, sejak pertama menetap di satu daerah, sampai saat ini, suku Dayak selalu mempertahankan tiga pilar yang menjadi pedoman hidup mereka.
Pilar yang pertama itu hutan, dimana masyarakat Dayak sangat mencintai hutan yang dianggap sebagai nyawa kehidupan. Kemudian, pilar kedua, masyarakat Dayak mencintai air yang dinilai sebagai darah mereka dan pilar ketiga yaitu Rumah Betang yang menjadi peradaban suku Dayak selama ini.
Dijelaskan Gusti, di dalam rumah betang tersebut tercipta hubungan sosial yang sangat baik, karena meskipun didalamnya terdapat beberapa keluarga yang menganut agama berbeda, namun saling hormat-menghormati.
Namun, lanjutnya, lagi, selama ini masyarakat Dayak masih dianggap sebagai kaum yang marginal, dimana masih ada yang menyatakan bahwa Dayak adalah suku primitif dan terbelakang.
"Tapi yang harus dipahami, berdasarkan kenyataan yang ada, sudah banyak masyarakat Dayak yang hijrah menuju peradaban baru," tuturnya.
Untuk itu, kata Gusti, dalam Kongres Dayak Internasional I yang akan dilaksanakan pada bulan Juli mendatang, diharapkan dapat menjadi agenda untuk merajut benang peradaban dalam struktur zaman yang dinamis.
Aspek yang dibangun nantinya tidak hanya mengacu pada sosial budaya, namun bagaimana memaksimalkan aspek ekonomi dan politik serta hukum yang menjadi bagian dari masyarakat.
"Dalam kegiatan itu juga, nantinya akan diundang suku Dayak yang ada di seluruh dunia, dimana panitia sudah memiliki beberapa kontak perseon dengan suku Dayak yang ada di Taiwan, Malaysia, Madagaskar dan sumber-sumber lainnya," kata Gusti.
Masyarakat Adat Dayak Tingkatkan Peran Pembangunan Dunia
Senin, 5 Juni 2017 12:50 WIB