Jakarta (Antara Kalbar) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bakal menjalin kolaborasi dengan Miss Internet Indonesia sebagai mitra untuk mengkampanyekan internet sehat guna meningkatkan literasi digital di masyarakat.
"Miss Internet Indonesia ini bisa menjadi jembatan antara pemerintah dan organisasi atau ke masyarakat langsung untuk melakukan program edukasi," kata Direktur Telekomunikasi Kemenkominfo Benyamin Sura, dalam siaran pers Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Minggu.
Benyamin menyatakan hal itu ketika menerima audiensi Miss Internet Indonesia 2017 Marsya Gusman yang didampingi pengurus APJII Ida Haryani dan Much Rifan, Jumat (28/7).
Benyamin mengakui perlu melakukan sosialisasi program Kemenkominfo melalui figur seperti Miss Internet agar bisa menjangkau banyak kalangan.
Dalam kesempatan itu, Benyamin mengungkapkan kekhawatirannya soal meningkatnya kejahatan siber dan maraknya berita bohong (hoax) akibat rendahnya literasi digital di masyarakat.
Beberapa program miliki Kemenkominfo akan dikampanyekan oleh Miss Internet Indonesia yang memiliki daftar kegiatan penuh selama setahun. Salah satu kegiatannya adalah "Miss Internet Indonesia Road to Campus" berupa seminar dan talkshow teknologi.
Dengan kerja sama ini, Marsya menyatakan siap menjadi corong untuk menyampaikan isu terkait komunikasi dan teknologi yang tengah hangat, seperti maraknya berita palsu (hoax), perundungan daring, dan literasi digital.
"Jika biasanya informasi datang dari birokrat, kali ini Miss Internet bisa menjangkau masyarakat dengan bahasa yang lebih membumi," ujar perempuan lulusan sebuah kampus di Australia itu.
Sebagaimana diwartakan, informasi palsu atau hoax marak di kalangan mahasiswa karena tak tuntas baca informasi yang diterima lalu disebarluaskan melalui aplikasi pesan singkat, demikian hasil survei yang dilakukan Universitas Bakrie Jakarta.
Survei dilakukan terhadap 300 mahasiswa-mahasiswi di 30 kampus swasta dan negeri di Jakarta secara tatap muka dan mendapati temuan yang dapat menjadi indikasi tentang perilaku konsumsi media generasi Z, generasi yang lahir setelah tahun 1995.
Dari survei yang dilakukan pada 6-13 Juni didapati 81 persen mahasiswa-mahasiswi yang disurvei aktif menggunakan aplikasi pesan singkat, 72 persen diantaranya selalu mengecek aplikasi pesan singkat dan 61 persen menerima informasi melalui aplikasi tersebut.
Hampir separuh dari jumlah mahasiswa-mahasiswi di Jakarta rupanya tidak tuntas membaca berita dan hampir 30 persen diantaranya berbagi informasi dengan alasan sebagai bagian dari pergaulan atau bahkan tidak memiliki alasan ketika membagikan informasi tersebut melalui aplikasi pesan singkat.
Menariknya sekitar 77 persen dari mahasiswa-mahasiswi yang ditemui menyadari menyebar hoax dapat dipidana dan 68 persen menyadari kredibilitas sumber berita sangat penting namun hanya 54 persen diantara mereka yang kadang memverifikasi sumber berita yang diterima.
Miss Internet Mitra Edukasi Literasi Digital
Minggu, 30 Juli 2017 11:19 WIB