Sejumlah kecamatan di daerah perbatasan Indonesia - Malaysia, wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat saat ini kesulitan air bersih, akibat sumber air mengalami kekeringan.
Kecamatan di daerah perbatasan yang kesulitan air bersih saat ini yaitu Kecamatan Embaloh Hulu, Badau, Empanang dan Puring Kencana dan sejumlah daerah di Batang Lupar.
"Masyarakat berusaha mencari air bersih, di kolam dan di parit-parit yang masih ada airnya," kata Camat Badau, Adenan di hubungi Antara, dari Putussibau, Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Selasa.
Baca juga: Pemkab Kayong Utara atasi krisis air bersih di tiga kecamatan
Baca juga: Pemkab Kayong Utara atasi krisis air bersih di tiga kecamatan
Dikatakan Adenan, pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) tidak bisa berfungsi, hal tersebut terjadi sejak tahun 2018 lalu, padahal sumber air bersih ada di Bukit Kekurak di Kecamatan Badau.
Menurut dia, alternatif air yang dimanfaatkan masyarakat saat ini dari air kolam dan air parit, karena memang sejumlah sungai sudah mengering.
"Untuk air minum ada pedagangnya, air minum isi ulang dan tidak tahu dari mana dapat air bersih tersebut," jelas Adenan.
Camat Empanang, Donatus Dudang mengatakan masyarakat di daerah tersebut juga sangat kesulitan air bersih, apalagi musim kemarau seperti ini, masyarakat harus memerlukan waktu untuk mendapatkan air bersih yang jaraknya cukup jauh dari perkampungan.
Dikatakan Dudang, sebenarnya jaringan air bersih (leding) sudah beberapa kali dibangun di Empanang, namun sama sekali tidak bisa difungsikan.
"Tahun 2016 hingga 2017 jaringan air bersih sempat berfungsi sebentar, namun tahun 2018 hingga 2019 saat ini jaringan air bersih yang dianggarkan milyar rupiah, sama sekali macet total," kata Dudang.
Dia berharap kondisi air bersih itu dapat segera diatasi oleh pemerintah dengan melihat kembali pembangunan jaringan air bersih yang memakan dana cukup besar.
Camat Embaloh Hulu, Hermanus Jamayung juga menyampaikan keluhannya terkait air bersih yang selama ini menjadi salah satu persoalan masyarakat.
Bahkan menurut Jamayung, di Martinus dan Banua Ujung yang merupakan pusat kecamatan Embaloh Hulu jaringan air bersih yang ada sudah lama tidak berfungsi.
"Masyarakat mandi dan mengambil air ke sungai dengan jarak sungai cukup jauh," jelas Jamayung.
Disampaikan Jamayung, untuk wilayah Kecamatan Embaloh Hulu ada dua desa yang sama sekali belum ada jaringan air bersih yaitu Desa Ulak Pauk dan Saujung Giling Manik.
Sedangkan untuk desa lainnya yaitu Desa Langan baru dan Batu Lintang, Rantau Prapat, kondisi air bersih masih bisa mengalir meski pun ada sejumlah bendungan terjadi pendangkalan.
"Kita berharap persoalan air bersih dapat segera diatasi," pinta Dudang.
Sementara itu, Camat Batang Lupar, Ilham mengatakan persoalan air bersih untuk saat ini belum terlalu menjadi keluhan masyarakat.
"Belum ada masyarakat yang mengeluhkan air bersih, namun memang jaringan air bersih sudah ada beberapa titik yang tidak bisa mengalir sampai ke rumah warga," jelas Ilham.
Bagi rumah warga yang cukup tinggi, maka air tidak sampai ke rumah, sehingga warga tersebut mesti meminta air dari tetangga yang dapat air ledeng.
Camat Puring Kencana, Sargito mengatakan masyarakat Puring Kencana mengalami krisis air, sungai yang biasa dimanfaatkan warga untuk sumber air mengalami kekeringan ada pun airnya tidak layak untuk konsumsi bahkan untuk mandi atau mencuci.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Kayong Utara Meluas
Baca juga: Krisis Air Bersih di Kayong Utara Meluas
"Mau tidak mau masyarakat menggunakan air yang sebenarnya sangat - sangat tidak layak untuk digunakan cuci atau mandi," kata Sargito.
Disampaikan Sargito, rata-rata daerah yang terkena dampak perkembangan sawit mengalami krisis air, karena sungai mengering bahkan air sungai juga diduga tercemar.
"Harapan kami pihak pemerintah dan perusahaan dapat memberikan solusi kepada masyarakat terkait air bersih, apabila musim hujan masyarakat cukup terbantu, tapi tidak selamanya hujan turun," ucap Sargito.
Baca juga: Ekohidrologi Solusi Atasi Krisis Air Global