Pontianak (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof Dr Eddy Suratman mengatakan bahwa pemerintah perlu melakukan kebijakan fiskal dalam meningkatkan perekonomian Kalbar.
"Kebijakan fiskal ini salah satunya menambah subsidi, misalnya untuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin, pemerintah mengalokasikan belanja bantuan sosial dengan memberikan kebutuhan pokok kepada masyarakat miskin. Jadi masyarakat miskin itu daya belinya bertambah," katanya di Pontianak, Senin.
Ia menambahkan, uang masyarakat miskin yang sudah kecil jumlahnya itu tidak perlu lagi digunakan untuk membeli kebutuhan pokok. Namun, lanjut dia, bisa digunakan untuk membelanjakannya pada kebutuhan-kebutuhan lain.
Dampaknya adalah konsumsi rumah tangga akan naik dan itu membantu pertumbuhan ekonomi meningkat.
"Yang kedua selain memberikan subsidi tadi, pemerintah juga bisa memberikan insentif pajak kepada para pengusaha. Sehingga pengusaha itu bisa menjalankan usahanya dengan biaya yang tidak terlalu tinggi," katanya.
Ia berharap, komoditi atau produk yang dihasilkan bisa dijual dengan harga yang lebih murah untuk meningkatkan kecenderungan masyarakat belanja produk dari pengusaha tersebut.
"Bentuk insentif kebijakan fiskal bisa dalam pengurangan tarifnya, relaksasi, juga menunda pengenaan pajaknya untuk sementara. Tentu saja ketika saya menyebut pengurangan pajak atau insentif pajak sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintah, baik pusat, provinsi, juga kabupaten dan kota," jelasnya.
Ia mengatakan, yang paling mudah diintervensi tentu pajak kabupaten dan kota dengan 11 jenis pajak dan pemerintah kabupaten/kota berikan pengurangan tarif, memberikan pembebasan atau memberikan apapun terkait dengan itu.
"Kalau ini dilakukan apalagi bersama-sama dengan penyediaan barang kebutuhan pokok atau memberikan subsidi bagi kelompok masyarakat miskin saya optimis keadaan bisa membaik. Karena ini bisa mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga tidak lagi tumbuh negatif 1,5 persen seperti di Triwulan I 2021 tapi akan tumbuh positif dan itu akan memperbaiki perekonomian Kalbar di Triwulan II sampai Triwulan IV," jelas dia.
Sebelumnya ia mengatakan ekonomi Kalbar minus 0,1 persen pada Triwulan I 2021 karena konsumsi rumah tangga negatif 1,5 persen pertumbuhannya akibat daya beli masyarakat menurun.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kelompok masyarakat menengah ke atas yang mengurangi konsumsi untuk mengamankan pendapatannya dengan memperbesar tabungan, sedangkan masyarakat berpendapatan rendah mengurangi konsumsi karena terpaksa oleh situasi pandemi COVID-19.