Ngabang (Antara Kalbar) - Masyarakat Dayak Kanayatn menggelar upacara Ritual Notokng di Dusun Simpang Pasir Desa Sidas Kecamatan Sengah Temila. Diharapkan Ritual Notokgn menjadi aset budaya yang bisa dikemas oleh pemerintah daerah setempat menjadi potensi Wisata Budaya.
Upacara Ritual Notokng adalah upacara memberi makan para arwah orang-orang yang dikayau (dibunuh). Pemberian makan ini terkait dengan janji yang wajib dipenuhi oleh keturunan pengayau sesuai permintaan korban kayau.
Janji-jani tersebut sebenarnya sudah dipenuhi, namun acara ritual Notokng tetap saja masih ada. Tentu saja, upacara ritual Notokng pada masa sekarang bukan hanya memenuhi janji seperti yang dinyatakan diatas. Tapi lebih ditonjolkan pada pelestarian tradisi yang dinilai sakral, heroik dan unik.
Acong Alapan salah satu keturunan Pangalangok Pengayau Nek Unggang dan Nek Langnga' mengungkapkan, tradisi Notokng semakin langka dan terancam punah, akibat paradigma, persepsi dan konsep budaya modern yang secara sistematis ditata untuk menggusur budaya asli terutama budaya-budaya suku Dayak.
Penggusuran itu semakin dasyat dengan memberi label bahwa tradisi seperti Notokng adalah berhala. Terlepas dari label tersebut, yang pasti acara ritual Notokng merupakan bagian dari identitas budaya tradisi Dayak khususnya Kanayatn yang perlu dilestarikan.
"Dalam rangka pelestarian itulah kami mengajak semua pihak sebagai orang Dayak agar berpartisipasi mensukseskan upacara ritual Notokng di Simpang Pasir Desa Sidas Kecamatan Sengah Temila," ungkap Acong kepada Antara Kalbar disela pelaksanaan ritual, Sabtu (7/6).
Acong berharap pemerintah kabupaten Landak dapat menjadikan tradisi ritual Notokng sebagai paket pariwisata budaya. Karena sangat unik salah satunya memberi makan arwah yang masih disimpan tengkorak kepala yang sudah berusia 700 tahun atau 7 abad.
"Kami dari keturunan sudah 30-an kali menggelar ritual Notokng. Pelaksanaan tidak setiap tahun, tapi sesuai kemampuan karena memerlukan anggaran banyak," ujar Acong yang akan menulis buku tentangTradisi Notokng.
Penyelenggaraan acara ritual Notokng dengan tujuan diantaranya, sebagai upaya melestarikan dan menjaga eksistensi kebudayaan suku Dayak asli di tengah arus globalosasi yang mengancam keberadaan kebudayaan asli suku Dayak Kanayatn.
"Dalam menghadapi berbagai persialan, orang-orang Dayak masih memerlukan kekuatan natural dan magic yang dikenal dengan Tariu. Ritual Notokng merupakan upacara yang langsung memelihara Tariu,"ungkap Acong.
Tujuan selanjutnya, Landak sebagai kabupaten baru, yang aset-aset pariwisata masih minim, maka upacara ritual Notokng yang satu-satunya hanya ada di Kabupaten Landak dapat dijadikan agenda pariwisata budaya.
"Bagi masyarakat sekitar, acara ritual Notokng selain sebagai sarana hiburan, dapat juga memerkenalkan acara ritual ini kepada generasi penerus suku Dayak Kanayatn maupun suku-suku lain yang ada di Kabupaten Landak," urai Acong.
Ia menambahkan, ritual Notokng digelar selama tujuh hari. Namun untuk acara hiburan masyarakat digelar selama satu bulan. Sehingga dilokasi acara banyak putaran ekonomi masyarakat yang bisa menambah kesejahteraan mereka.
"Karena panitia mempersilakan masyarakat membuka warung makanan dan minuman. Tujuannya guna bisa menarik wisatawan khususnya kalangan lokal Landak yang ingin berkunjung untuk merihat proses upacara ritual Notokng," tukas Acong.
Masyarakat Dayak Kanayatn Landak Gelar Ritual Notokng
Minggu, 8 Juni 2014 15:03 WIB