Pontianak (Antara Kalbar) - Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Cornelis mengharapkan kegiatan Kongres Dayak Internasional yang akan dilaksanakan pada Juli mendatang bisa membuka mata dunia akan eksistensi Suku Dayak dalam menjaga hutan dan budayanya.
"Melalui kegiatan KDI itu, kita akan memaparkan bagaimana kehidupan Suku Dayak dalam menjaga dan melestarikan hutan. Bukan seperti yang dipaparkan oleh NGO bahwa Suku Dayak justru merusak hutan, karena hal itu jelas salah," kata Cornelis di Pontianak, Minggu.
Dirinya sangat menyayangkan ada sejumlah NGO yang dibiayai oleh dana luar, justru terus menjelek-jelekkan sektor sawit Kalbar, karena katanya sawit merusak hutan dan ekosistem yang ada.
"Ujung-ujungnya, hal itu mengakibatkan pihak luar menilai Suku Dayak banyak yang membunuh hewan yang dilindungi. Bahkan, akibat informasi sawit yang negatif di Kalbar, CPO kita diblokir oleh dunia internasional," tuturnya.
Melalui KDI tersebut, dirinya ingin membuktikan bahwa Kalbar masih memiliki hutan yang sangat baik, bahwa Kalbar masih memiliki Gunung Palong, Taman Nasional di Putussibau, orangutan, kera, dan monyet bahkan hewan-hewan dilindungi lainnya, masih hidup di hutan Kalbar.
"Kami ingin menunjukkan kepada orang-orang yang memblokir CPO Kalbar untuk melihat bahwa masih ada hutan disini, jangan hanya mendengar laporan NGO, tetapi tidak pernah turun kemari," katanya.
Dalam KDI nanti, katanya, dirinya akan mengundang sejumlah kementerian sebagai pembicara pada seminar internasional yang akan dilaksanakan dalam kongres tersebut.
"Selain itu, kita juga akan mengundang sejumlah negara yang memiliki kaitan erat dengan komitmennya terhadap perubahan iklim, termasuk Pangeran Charles dari kerajaan Inggris, agar mereka bisa melihat langsung bagaimana kondisi hutan Kalbar, bukan hanya mendengar dari NGO mereka," tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan itu juga bertujuan melahirkan deklarasi Bangsa Dayak dunia sebagai refleksi butiran protokol yang memuat pernyataan sikap bangsa Dayak dalam menghadapi struktur zaman yang dinamis.
"Khusus untuk Indonesia, melalui Kongres ini juga kami tidak ingin ada yang mengatakan bahwa Dayak itu kafir dan primitif, karena didalam Dayak ini juga terdiri dari berbagai macam agama, termasuk Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha bahkan Konghuchu," katanya.
Cornelis menegaskan bahwa selama ini Dayak sudah menjadi bagian dari bangsa Indonesia karena juga telah berkontribusi dalam kemerdekaan serta mengisi pembangunan Indonesia.
"Dayak tidak ingin menjadi beban dari negara ini, namun kita juga ingin berkontribusi bagi pembangunan," kata Cornelis.
Sementara itu, Sekretaris kegiatan Kongres Dayak Internasional, Gusti Hardiansyah mengatakan, dari hasil kegiatan itu pihaknya akan menyampaikan berbagai konsep yang ada ke seluruh dunia.
"Terutama mengenai konsep bagaimana suku Dayak menjaga hutan, peran Dayak dalam sosial, ekonomi dan politik," katanya.
(U.KR-RDO/N005)
Cornelis : KDI Buktikan Eksistensi Dayak Menjaga Hutan
Minggu, 18 Juni 2017 20:36 WIB